Tradisi Pesta Baratan Kalinyamatan Jepara


Baratan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyrakat Jepara di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, khususnya Margoyoso, Purwogondo, dan Kriyan, dalam memperingati malam Nisyfu Sya’ban setiap tanggal 15 Sya’ban atau 15 Ruwah. Tradisi itu berupa adanya arak-arakan anak-anak yang membawa impes (lampion kertas khas Jepara), serta arak-arakan Ratu Kalinyamat serta rombongannya, dilanjutkan dengan pertunjukan drama tari perjuangan Ratu Kalinyamat. Sedangkan di masjid atau musholla, sehabis maghrib masyarakat  membaca surat Yaasiin tiga kali secara serempak.
Ada beberapa makna dari perayaan ini, yaitu:

  1. Sebagai cara masyarakat menyambut datangnya bulan Ramadhan (bulan berikutnya setelah Sya’ban)
  2. Membersihkan diri karena malam Nisyfu Sya’ban dipercaya sebagai malam ditutupnya amalan manusia dalam setahun.
  3. Mengenang perjuangan Ratu pemimpin Jepara yang berada di wilayah kalinyamatan, yaitu Kanjeng Ratu Kalinyamat, yang berjuang bersama suaminya, Sultan Hadirin, menghadapi Portugis.
  4. Simbol peran Ratu Kalinyamat dalam mengusir berbagai macam bentuk syetan atau makhluk halus pengganggu menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.

Setahun lalu, saya sudah pernah menuliskan tentang pesta baratan. Kali ini saya juga ingin menceritakan hal yang sama, yaitu pesta baratan di Jepara. Kalau waktu itu saya  bercerita tentang betapa ramainya keadaan jalan raya dan saya terjebak di tengah tengahnya, maka kali ini pun sama. Bahkan saya terjebak bersama tiga anak, bukan satu anak seperti tahun lalu. Tapi, bagaimanapun saya tetap menikmati dan optimis bisa keluar dari situasi macet tersebut. Hanya saja pada postingan kali ini saya akan mengulas lebih jauh tentang hal- hal lain yang berkaitan dengan pesta baratan, di antaranya tentang mitos seputar baratan dan siapakah mereka yang berada di balik rancangan pesta baratan ini.
Tahun ini ada yang berbeda. Jika biasanya rute baratan dari Masjid Al-Makmur menuju Pendopo Kecamatan Kalinyamatan, maka tahun ini puncak pagelaran dipindah ke lapangan kenari, sebuah lapangan besar yang letaknya tak jauh dari balai kecamatan di Desa Purwogondo. Juga hari pelaksanaan tak lagi di hari yang sama dengan malam Nisyfu Sya’ban, tapi diajukan sehari sebelumnya. Alasan perubahan itu adalah untuk kebaikan semua. Dipindah ke lapangan kenari agar tidak terlalu mengganggu lalu lintas jalan raya utama di depan dan sekitar balai kecamatan. Sedangkan penggantian hari adalah agar pelaksanaan pesta adat ini tak bersamaan dengan ritual ibadah di malam Nisyfu Sya’ban. 

Ada hal menarik yang ingin saya sampaikan di sini. Ada beberapa mitos sehubungan dengan pelaksanaan pesta baratan. Salah satunya adalah bahwa pemeran Ratu nantinya bisa mengalami gangguan jiwa karena tak kuat diikuti oleh arwah Nyai Ratu Kalinyamat.

Saya penasaran dengan mitos itu, dan pada suatu kesempatan pernah menanyakan hal itu pada salah satu panitia yang sudah lama aktif dalam setiap perayaan pesta baratan, yaitu Bang Kayi. Dengan senang hati Bang Kayi yang memiliki nama Fb Kayi Jawaica ini menjelaskan bahwa mitos itu berkembang karena memang pernah ada suatu kejadian di masa lalu mengenai pemeran Ratu Kalinyamat. 
Bang Kayi berpose bersama Ratu Kalinyamat 2016

Dulu, ada seorang gadis pemeran Sang Ratu mengalami stres. Kebetulan hal itu terjadi beberapa waktu setelah pelaksanaan pesta baratan. Yang terjadi sebenarnya adalah gadis itu sebelumya memang mempunyai masalah atau mendapat tekanan dari keluarga, sehingga ia stres berat. Hanya memang kebetulan saja ia mendapatkan peran menjadi ratu, sehingga berkembang issue bahwa ia mengalami gangguan jiwa karena pengaruh ruh Ratu Kalinyamat.  
Beberapa tahun kemudian ada lagi seorang mantan pemeran ratu Kalinyamat, juga mengalami stres berat. Usut punya usut, ternyata ia sedang mengalami masalah dalam pernikahannya (kejadian setelah ia menikah). Tetapi kejadian ini juga membuat issue adanya gangguan dari arwah Nyai Ratu Kalinyamat makin berkembang. 

Banyak gadis yang pernah memerankan tokoh Ratu Kalinyamat, tetapi kenyataannya yang mengalami gangguan hanya dua, dan itu pun karena mereka memiliki masalah tersendiri. Tapi namanya mitos, sedikit kejadian saja sudah digembar gemborkan seolah itu benar, bahwa pemeran ratu beresiko mengalami gangguan jiwa. 

By the way, patut disyukuri bahwa meski mitos itu masih ada, namun animo kawula muda untuk berburu peran menjadi ratu masih ada. Setiap tahun pesta baratan tetap terlaksana, bahkan dari tahun ke tahun makin meriah. Dan selama beberapa tahun tak pernah terdengar kabar lagi bahwa pemeran Ratu Kalinyamat mengalami gangguan jiwa. Bahkan kebanyakan mereka adalah siswa atau mahasiswa yang berprestasi.

Mitos lainya, bahwa selama pelaksanaan perayaan baratan, arwah Ratu dan Pengikutnya ikut hadir dan bisa mengganggu para penonton atau penari/pemeran. Memang, dari yang saya lihat di baratan tahun lalu, ada beberapa penari yang pingsan. Saya tanyakan hal ini juga pada bang Kayi. Lagi lagi  Bang Kayi tersenyum. Lalu menjawab dengan tenang.

“Memang begini Mbak...anak anak itu, pada hari dimana malamnya mereka tampil, mereka latihan dari pagi. Saking semangatnya, beberapa dari mereka lupa makan siang. Sorenya sudah harus dirias, dan langsung siap siap tampil malamnya. Jadi, pas pelaksanaan baratan, mereka kehabisan energi, dan pingsan. Nha... itu memberikan kesan bahwa mereka kena gangguan...”

Saya manggut manggut mendengarkan penjelasan dari bang Kayi. Bisa dimengerti dan memang masuk akal. Saya jadi menertawakan diri sendiri karena tahun lalu sempat percaya bahwa mereka yang pingsan adalah sasaran arwah yang ikut meramaikan acara baratan. Memang tiba tiba saja aroma magis menguar tatkala arak arakan Ratu Kalinyamat dan rombongannya melintas atau tampil di panggung. Mungkin karena saya sudah keburu termakan oleh mitos ya?

Oke... itu tentang mitos. Kemudian saya ingin sedikit memberikan informasi tentang siapakah orang orang kreatif penyelengara pesta baratan ini. Panitia pelaksana perayaan baratan ini adalah Sanggar Lembayung, yaitu tempat berkumpulnya anak anak muda pecinta seni di Jepara, khususnya dalam rangka menyiapkan penyelenggaraan pesta baratan. Penggagas didirikannya sanggar lembayung adalah Mbak Winahyu Widayati. Sedangkan beberapa nama yang pernah aktif menjadi panitia lembayung production adalah: Asy’ari Muhammad (penyair biola dari Jepara), Nur C. H. Tauchid atau Mas Nung (aktif membuat film pendek, guru cinematografi), Prabu Sakti (aktivis media online), Muhammad Yazid, Safiq Setiawan, serta Bang Kayi. Tentu masih banyak nama lain yang belum sempat saya tulis di sini. Dua bulan sebelum pelaksanaan baratan, lembayung production mulai mengadakan proses audisi aktor an aktris pemeran Ratu Kalinyamatan dan rombongannya seperti dayang, prajurit, tentara Portugis, dan lain lain. Selain audisi pemeran, tim lembayung  production juga melatih, mencari dana, mencari kostum, mengadakan konsumsi, merencanakan panggung, audiensi, dan lain lain yang berkaitan dengan kelancaran perayaan baratan.  Bagaimanapun, mereka patut kita acungi jempol!  
Latihan di Balai Kecamatan Kalinymatan

Ratu, dayang, dan prajurit bersiap perang (di panggung)
Arak arakan Ratu Kalinyamat yang dinanti natikan warga
Bertempur melawan prajurit Portugis (di panggung)
Lautan manusia di lapangan kenari tempat drama tari Ratu Kalinyamat diselenggarakan tahun ini

Begitulah, sekilas tentang mitos magis di perayaan baratan, serta siapa tim kreatif dibalik pesta baratan selama ini. Meski sampai sekarang ada ide saya yang belum kesampaian, yaitu... Ratu Kalinyamat dan para Dayang yang beragama Islam itu memakai kostum khas Islam, berkerudung. Bagi saya pribadi, saya salut dengan adanya pesta baratan yang terselenggara setiap tahun yang merupakan salah satu cara menjaga dan melestarikan budaya atau kesenian tradisional,  serta mengenang sejarah perjuangan pahlawan di Jepara.


 
Ratu dan dayang dayang

0 Response to "Tradisi Pesta Baratan Kalinyamatan Jepara"

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak Anda dan terima kasih telah berkunjung anakrantaujepara.blogspot.com. Semoga artikel yang telah Anda baca dapat bermanfaat. Yosha!!!